Masih dari agan culen, ada ilmu yang berharga lagi terkait bagaimana konsumen memandang worth atau tidaknya sebuah produk jika dibandingkan dengan effort (dalam hal ini uang) yang mereka keluarkan untuk memperoleh produk tersebut.
Sebenarnya, menurut saya dewasa ini menyederhanakan 'kualitas produk' yang bagus,sangat bagus atau biasa saja dengan harga sebagai acuan worth atau tidaknya sudah semakin bias.
Hal ini karena memang di industri fashion sendiri cukup dinamis. Dimana value dari brand tidak semata mata diukur dari kualitas produk. IMO, mungkin karena mengukur kualitas aktual produk itu sendiri sangatlah sulit bagi customer, apalagi bagi yang awam. Nah justru menurut saya, ada banyak komponen lain yang cukup berperan selain dari physical appearance produk itu sendiri seperti bagaimana brand berinteraksi dengan customer, bagaimana brand membangun visualisasi mereka, bagaimana brand mempresentasikan produk mereka bahkan, siapa owner dari brand tersebut, tidak jarang mampu memberikan value tambahan bagi brand itu (yang secara umum bisa dikatakan proses branding). Akumulasi dari faktor faktor ini (branding activity), bersama dengan physical appearance produk itu yang nantinya akan menjadi acuan cutomer menilai worth atau tidaknya brand tersebut.
Sebagai contoh pengalaman pribadi saya. Saya membandingkan sneaker Converse CDG yang dijual seharga 180USD vs Converse CT Regular seharga 39 USD . Secara fisik, saya tidak akan pernah tau berapa nilai aktual sepatu tersebut, bisa saja sama atau berbeda, namun saya yakin kalaupun berbeda, bukan kualitas produk atau bahkan material yang membuat harga Cons x CDG melambung. Namun value brand CDG itu sendiri. Dan bagi orang yang memang paham, harga tersebut akan dianggap worth. Artinya, bahwa tidak semata mata kualitas produk saja yang membuat suatu produk dianggap worth atau tidak, namun ada intangible value lain, yang justru terkadang memberikan kontribusi lebih besar daripada nilai fisik produk itu sendiri.
Atau contoh lain bisa mengibaratkan antara brand Sneaker Common Project vs Greats brand. Dimana sudah bukan rahasia umum bahwa secara nilai (dilihat dari material dan spesifikasi produk) keduanya cukup identik. mengandalkan sebuah cupsole buatan Italy yg diklaim sebagai cupsole ternyaman dipasaran, Harga mereka bisa terpaut jauh (USD 109 vs USD 300ish). Dan pada kenyataannya beberapa orang menganggap CP masih sangat sangat worth dengan banderol seperti itu. Bahkan ketika saya harus berpendapat, ketika misalnya kondisinya uang tidak menjadi masalah untuk saya, saya akan lebih memilih membeli CP ketimbang Greats. I don't know.But the way they (CP) presenting their product, choosing their communication channel, choosing their retailers etc made their value way more higher than Greats. Dan secara dramatis hal tersebut mampu mengubah persepsi konsumen untuk berpikir bahwa produk mereka worth every penny.
Kesimpulannya, menentukan value produk tidak semata mata karena kualitas fisik produk tersebut secara real, namun juga sangat besar pengaruh dari branding. Belum lagi menghitung creative effort dari si owner/brand untuk mengubah barang mentah hingga menjadi barang yang siap pakai dan faktor faktor sentimental lainnya. IMHO loh ya tapi, cuma celotehan customer awam aja kok ini, mohon maaf kalo ada kata kata yang salah
Sebenarnya, menurut saya dewasa ini menyederhanakan 'kualitas produk' yang bagus,sangat bagus atau biasa saja dengan harga sebagai acuan worth atau tidaknya sudah semakin bias.
Hal ini karena memang di industri fashion sendiri cukup dinamis. Dimana value dari brand tidak semata mata diukur dari kualitas produk. IMO, mungkin karena mengukur kualitas aktual produk itu sendiri sangatlah sulit bagi customer, apalagi bagi yang awam. Nah justru menurut saya, ada banyak komponen lain yang cukup berperan selain dari physical appearance produk itu sendiri seperti bagaimana brand berinteraksi dengan customer, bagaimana brand membangun visualisasi mereka, bagaimana brand mempresentasikan produk mereka bahkan, siapa owner dari brand tersebut, tidak jarang mampu memberikan value tambahan bagi brand itu (yang secara umum bisa dikatakan proses branding). Akumulasi dari faktor faktor ini (branding activity), bersama dengan physical appearance produk itu yang nantinya akan menjadi acuan cutomer menilai worth atau tidaknya brand tersebut.
Sebagai contoh pengalaman pribadi saya. Saya membandingkan sneaker Converse CDG yang dijual seharga 180USD vs Converse CT Regular seharga 39 USD . Secara fisik, saya tidak akan pernah tau berapa nilai aktual sepatu tersebut, bisa saja sama atau berbeda, namun saya yakin kalaupun berbeda, bukan kualitas produk atau bahkan material yang membuat harga Cons x CDG melambung. Namun value brand CDG itu sendiri. Dan bagi orang yang memang paham, harga tersebut akan dianggap worth. Artinya, bahwa tidak semata mata kualitas produk saja yang membuat suatu produk dianggap worth atau tidak, namun ada intangible value lain, yang justru terkadang memberikan kontribusi lebih besar daripada nilai fisik produk itu sendiri.
Atau contoh lain bisa mengibaratkan antara brand Sneaker Common Project vs Greats brand. Dimana sudah bukan rahasia umum bahwa secara nilai (dilihat dari material dan spesifikasi produk) keduanya cukup identik. mengandalkan sebuah cupsole buatan Italy yg diklaim sebagai cupsole ternyaman dipasaran, Harga mereka bisa terpaut jauh (USD 109 vs USD 300ish). Dan pada kenyataannya beberapa orang menganggap CP masih sangat sangat worth dengan banderol seperti itu. Bahkan ketika saya harus berpendapat, ketika misalnya kondisinya uang tidak menjadi masalah untuk saya, saya akan lebih memilih membeli CP ketimbang Greats. I don't know.But the way they (CP) presenting their product, choosing their communication channel, choosing their retailers etc made their value way more higher than Greats. Dan secara dramatis hal tersebut mampu mengubah persepsi konsumen untuk berpikir bahwa produk mereka worth every penny.
Kesimpulannya, menentukan value produk tidak semata mata karena kualitas fisik produk tersebut secara real, namun juga sangat besar pengaruh dari branding. Belum lagi menghitung creative effort dari si owner/brand untuk mengubah barang mentah hingga menjadi barang yang siap pakai dan faktor faktor sentimental lainnya. IMHO loh ya tapi, cuma celotehan customer awam aja kok ini, mohon maaf kalo ada kata kata yang salah