-->

POLOSKAOS1

Kaos Polos, Sablon Satuan, dan Informasi Fashion, Kaos, Baju, Kemeja, Jaket, dan Tips Seputar Fashion dan Review tentang Lifestyle.

Sunday, December 28, 2014

Pengalaman Mencetak Majalah Sendiri (Self-Publishing)

Postingan ini adalah rekapan masa-masa saya sok aktif di kampus. Sudah rahasia umum dong kalo anak kampus yang tergabung dalam organisasi itu kere dan licik, dalam artian akan melakukan kerjaan yang sebagus mungkin dengan biaya seminimal mungkin. Prinsip ekonomi bro.

Ketika itu sebenarnya saya sudah tidak tergabung dalam organisasi apa-apa di kampus. Tapi saya "menjabat" sebagai penasehat dan pengawas penerbitan majalah informatika kampus. *NGOAHAHAHA KETAWA SOMBONG*

Pada tahun-tahun sebelumnya, majalah terbit hanya dalam bentuk E-Zine alias majalah online. Tapi atas titah dari pimpinan, maka kali ini dibuatlah versi cetaknya. Dan tentu, perlu bikin proposal dan tetek bengeknya dan anggaran cetek yang disetujui namun dengan target yang cukup ambisius.

Singkat cerita majalah jadi dengan tingkat kemoloran yang luar biasa karena #skip #skip #skip

Karena tidak ada yang berinisiatif untuk mencetak, jadilah pimpinan redaksi (dengan menyeret saya) berinisiatif untuk mencetak majalah sendiri. Mencetak majalah sendiri ini maksudnya:
nyusun layout majalah sendiri, survei percetakan sendiri, packing sendiri, makan-makan sendiri, tidur-tidur sendiri.

Setelah hampir belasan percetakan disurvei, pilihan jatuh kepada percetakan Superstar, Malang yang memang superstar!

Seingat saya, deal dibuat dengan mencetak 120 eksemplar dengan jumlah halaman 32 per eksemplar dengan spesifikasi kertas yang digunakan adalah art paper (gramasinya saya lupa, 120gsm atau 210gsm gitu), full color, dan ditawari untuk sekalian dilayoutin ulang (gratis) dan kalau dijilidkan sekalian (baca: di staples) itu nambah 500. Harga yang kami dapat adalah Rp16.500 dan dijanjikan selesai 2-3 hari.


Sembari gelisah menanti selesainya majalah, kami pun disadarkan mendapati kekurangan yang cukup fatal pada majalah tersebut. Yaitu gak ada nama-nama redaksinya! Kamipun memutar otak dan akibat kecemerlangan otak saya, dilakukanlah desain pembatas buku yang disana terpampang nama-nama kami. Pembatas bukunya ini pun nyetak sendiri dan dilayout sendiri. Percetakan yang kami tuju untuk mencetak pembatas buku nya adalah Sion Galunggung, Malang. Kami memilih media kertas stiker Bontax dengan tujuan agar selain bisa berfungsi sebagai pembatas buku, siapa tahu ada yang khilaf menempelkannya di motor kesayangan sehingga nama kami terbawa kemana-mana.

Harga yang kami dapat adalah Rp4000/lembar A3. Gak tau sih total berapa lembar, pokoknya kurang lebih ya cetak dapetnya sekitar 120 pembatas. Proses di Sion nya cepet kok. Mungkin 15 menit sudah dibawa pulang.

Kembali ke prinsip ekonomi. Pembatas buku yang masih belum terpisahkan pun kami pisahkan sendiri menggunakan paper trimmer. Jadinya kece banget lho. Berasa kucuran keringat ini terbayarkan.



Lho, tapi kok masih ada yang kurang ya. Plastik pembungkus! Agar pembatas buku yang diselipkan gak jatuh. Kami pun beli 2 pak (1 pak isi 100 lembar, beli 1 pak kurang, beli 2 kelebihan tapi ya sudah) dan kalo gak salah habisnya Rp12.000. Setelah itu, kami berdua kerja (potong pembatas buku, quality control, dan bungkus) selama kurang lebih 3 jam dan semua selesai dengan manis. Kya!


Back To Top